Kandungan, Bunyi Dan Arti Surat Al-Ashr, Lengkap!!!

Kandungan Surat Al-Ashr- Pasti kalian udah hafal surat al-ashr kan? Pasti udah doang ya.

Tapi, pada tahu belum ada cerita di balik surat al-ashr ini.

Surat ini memeang pendek dan mudah dihafal oleh karena itu banyak dari kaum muslimin yang hafal surat ini, bahkan anak kecil sekalipun.

Walaupun surat ini pendek namun terdapat banyak sekali kandungannya.

Dan surat ini memiliki makna yang sangat dalam, sedalam rasamu padaku :V (ngga deng becanda).

Back to topic, kita sebagai seorang muslim seharusnya mengetahui keutamaan surat-surat dalam al-qur’an dan mengetahui artinya serta kandungan suratnya.

Karena saking dalam maknanya sampai Imam As-Syafi’i ra berkata :

لَوْ تَدَبَّرَ النَّاسُ هَذِهِ السُّوْرَةَ لَوَسَعَتْهُمْ
 
“Seandainya setiap manusia merenungkan  (mentaddaburi) surat ini, niscaya hal itu akan mencukupi untuk mereka” {Tafsir Ibnu Katsir 8/499}.
 
Syaikh Muhammad bin sholih Al ‘Utsaimin ra berkata ,
 
“Maksud perkataan Imam Syafi’i adalah Surat ini cukup menjadi alasan bagi seluruh  manusia untuk memegang teguh agama Allah dengan beriman, melakukan amalan kebaikan, berdakwah tentang agama islam kepada orang lain yang belum mengerti agama islam (karena berdakwah adalah sebuah kewajiban bagi umat islam), dan bersabar atas egala ujian yang Allah berikan. Maksud imam Syafi’i bukan berarti hanya merenungkan surat ini lalu tidak mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
 
 
Karena orang yang berakal apabila membaca surat ini dan mentadaburrinya maka pasti akan berusaha membebaskan dirinya dari hal yang sia-sia dan merugikan. Orang yang beriman pasti akan memenuhi 4 kriteria yang sudah disebutkan dalam surat ini yaitu beriman, beramal solih, berdakwah di jalan Allah (saling menasehati dalam menegakkan kebenaran) serta menasehati satu sama lain agar bersabar” (Syarh Tsalasatul Ushul).
 

Bunyi Surat Al-Ashr

Contents

 

بسم الله الرحمن الرحيم

 

وَالْعَصْرِ (١

Demi Masa

 

إِنََ الإِنْسَانَ لَفِي خُـسْرٍ (٢

Sesungguhnya Manusia itu ada dalam kerugian

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَا صَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبـر (٣

 

Kecuali Orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan orang-orang yang mengerjakan amal solih

dan saling menasehati dalam kebaikan dan kesabaran
 

Kandungan Surat Al-Ashr

 
Surat ini adalah surat ke-103 dari Al-Qur’an. Surat Al-ashr merupakan surat makkiyah dan terdiri dari 3 ayat.
Kata al-ashr artinya waktu/masa.
 
Isi surat ini menggambarkan tentang manusia berada dalam kerugian kecuali orang-orang yang memiliki amal soleh dan orang yang saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.
 

Iman yang Dilandasi Dengan Ilmu

 
Surat ini menjelaskan bahwa manusia berada dalam kerugian.
Kerugian yang dimaksud di sini adalah rugi dunia dan akhirat, jadi kerugian tersebut bersifat mutlak.
 
Orang yang merugi di akhirat tidak akan mendapat kenikmatan dan akan masuk ke dalam neraka.

Seluruh manusia akan merugi kecuali orang-orang yang ada dalam 4 kriteria yang telah disebutkan dalam surat ini yaitu orang yang beriman, beramal solih, berdakwah di jalan Allah (saling menasehati dalam menegakkan kebenaran) serta menasehati satu sama lain agar bersabar.

 
Kriteria yang pertama yaitu orang yang beriman kepada Allah. Tapi keimanan seseorang itu tidak akan terwujud tanpa adanya ilmu.
Hal ini dikarenakan iman adalah cabang dari ilmu dan tidaklah sempurna iman seseorang jika dia tidak memiliki ilmu.
ilmu yang dimaksud di sini adalah ilmu agama.
 
Seorang muslim wajib mempelajari segala ilmu yang sudah Allah berikan. Terutama ilmu agama, ilmu prinsip agama, ilmu tentang segala sesuatu yang harus dia lakukan dan yang harus dia jauhi, ilmu tentang muamalah.
Rasulullah SAW bersabda :
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلىَ كُلِّ مَسْلَمٍ

 

“Menuntut ilmu  itu wajib bagi setiap muslim” (H.R. Ibnu Majah No. 224 dengan sanad shahih).
 
Imam Ahmad R.a berkata :
 
يَجِبُ أَنْ يَطْلَبَ مِنَ الْعِلْمِ مَا يَقُوْمُ بِهِ دِيْنَهُ

 

“Seorang wajib menuntut ilmu yang bisa membuat dirinya bisa menegakkan agama”. {Al-furu’ 1/525}.
 
Maka merupakan sebuah kewajiban bagi setiap muslim untuk mempelajari segala ilmu agama yang wajib dia lakukan, seperti, akidah, ibadah dan muamalah.
Semua itu dilakukan agar seseoarang yang mulanya tidak mengetahui tentang agamanya menjadi tahu.
 
Seperti firman Allah sw :
مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلا الإيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ  نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا

 

“Sebelumnya kamu tidak mengetahui apakah al-Qur’an itu dan tidak pula mengetahui apa itu iman, tetapi kami telah menjadikan Al-Qur’an itu cahaya, yang kami beri kehendaki untuk diberi petunjuk di antara hamba hambu kamu” (Asy-Syuara :52)”

Mengamalkan Ilmu

 
Seseorang belum dikatakan menuntut ilmu apabila dia belum mengamalkan ilmu tersebut.
Maksudnya apabila seseorang tersebut belum mengamalkan ilmu yang telah diberikan dan belum menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
 
Fudhail bin Iyadh Ra. pernah berkata :
لاَ يَزَالُ الْعَالِمُ جَاهِلاً حَتىَّ يَعْمَلَ بِعِلْمِهِ فَإِذَا عَمِلَ بِهِ صَارَ عَالِمًا

 

“Seseorang yang berilmu akan tetap dalam kebododhannya hingga dia mengamalkan ilmunya. Apabila dia sudah mengamalkannya barulah bisa disebut dan menjadi orang yang alim” (dikutip dari Husnul al-Ma’mul).
 
Makna dari perkataan ini adalah apabila ada seseorang yang tidak mengamalkan ilmu yang sudah dia dapat maka hakikatnya adalah dia adalah orang yang bodoh. Karena letak perbedaan antara orang yang bodoh dan alim adalah perbuatan nya.
 
Orang yang memiliki ilmu banyak namun tidak mengamalkannya maka dia termasuk orang yang rugi, karena kelak bisa jadi ilmu itu akan menuntutnya di akhirat kelak. Rasulullah Saw bersabda :
 
لاَ تَزُوْلُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتىَّ يَسْأَلَ عَنْ عِلْمِهِ مَا فَعَلَ بِهِ

 

“Seorang hamba tidak akan beranjak dari tempatnya pada hari kiamat nanti hingga dia ditanya tentang ilmunya, apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu yang telah dia dapat”. (HR Ad-Darimi No. 537 dengan sanad yang shahih).
 

Berdakwah di Jalan Allah

 
Berdakwah mengajak manusia pada kebenaran dan meninggalkan kebatilan adalah tugas para rasul dan tugas bagi seorang muslim juga. Allah berfirman dalam surat yusuf :
 
,
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ (١٠٨

 

“Katakanlah : inilah jalan agamaku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kamu kepada jalan Allah dengan hujjah (dalil) yang nyata, Maha suci Allah, dan aku bukan termasuk orang yang musyrik” (Q.S Yusuf :108)

Dan keutamaan berdakwah di jalan Allah adalah :
 
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ

“Siapakah orang yang lebih baik dari pada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal soleh dan berkata : Sesungguhmnya aku termasuk orang yang berserah diri” (Q.S fushilat : 33).

 
Rasulullah Saw bersabda :
 
فَوَاللَّهِ لَأَنْ يُهْدَى بِكَ رَجُلٌ وَاحِدٌ خَيْرٌ لَكَ مِنْ حُمْرِ النَّعَمِ

 

“Demi Allah, sungguh apabila Allah memberi hidayah kepada seseorang melalui perntara dirimu itu pahalanya lebih baik daripada unta merah” (H.R. Bukhari No. 2783).

 
Dari firman Allah dan sabda Rasulullah sudah sepatutnya seseorang yang mendapatkan hidayah dari Allah hendaknya dia mengajak orang lain dan juga saudaranya kepada jalan Allah dan kepada kebenaran. Dan hendaknya mereka juga menyelamatkan mereka dari api neraka.
 
Dan orang-orang yang melalaikan kewajiban berdakwah di jalan Allah juga termasuk orang-orang yang merugi meskipun dia memiliki ilmu dan mengamalkannya. Ia rugi karena dia memikirkan dirinya sendiri dan dia menginginkan kebaikan untuk dirinya sendiri tanpa memikirkan orang lain (egois).
 
Ia tidak mau memikirkan bagaiman cara agar orang lain mau masuk islam dan berada dalam kebaikan bersamanya.
Orang yang tidak peduli terhadap kewajiban dakwah adalah orang yang tidak mau mengambil pelajaran dari hadist Nabi Saw berikut :
 
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

 

“Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian hingga dia mencintai saudaranya seperti dia mencintai diri sendiri” {H.R Bukhari No. 13).
 
Jika seorang muslim mencintai saudara atau orang lain seharusnya dia mengajak orang tersebut kepada kebaikan islam dan kebaikan di jalan Allah, dia juga seharusnya mengajak mereka untuk mencicipi betapa nikmatnya iman.
 

Bersabar dalam Berdakwah

 
Kriteria keempat adalah bersabar atas gangguan dan ejekkan dalam mengajak orang lain berimaan.
 
Seorang pendakwah harus memiliki sifat sabar karena sabar dalam berdakwah adalah hal yang sangat penting dan harus dimiliki seseorang yang ingin berdakwah.
 
Syaikh Abdurahman As-Sa’di ra berkata :
 
فَبِالِأَمْرَيْنِ اْلأَوَّلِيْنَ، يُكَمِّلُ اْلإِنْسَانُ نَفْسَهُ، وَبِالْأَمْرَيْنِ اْلأَخِيْرِيْنَ يُكَمِّلُ غَيْرَهُ، وَبِتَكْمِيْلِ اْلأُمُوْرِ اْلأَرْبَعَةِ، يَكُوْنُ اْلإِنْسَانُ قَدْ سَلِمَ تعل مِنَ الْخُسَارِ، وَفَازَ بِالْرِبْحِ [الْعَظِيْمِ

 

 

”Maka dengan dua hal yang pertama (ilmu dan amal), manusia dapat menyempurnakan dirinya sendiri. Sedangkan dengan dua hal yang terakhir (berdakwah dan bersabar), manusia dapat menyempurnakan orang lain. Dan dengan menyempurnakan keempat kriteria tersebut, manusia dapat selamat dari kerugian dan mendapatkan keuntungan yang besar” [Taisiir Karimir Rohmaan hal. 934].

Kesimpulan

 
Semoga Allah selalu menetapkan hati kita dalam keimanan dan selalu memberi kita kesabaran dalam mendakwahkan agamaNya.
Semoga Allah memberi kesempatan kita untuk mempelajari agama dan ilmuNya yang begitu luas.
Semoga Allah memberi kemudahan kita dalam segala hal. Ammiiiiin 🙂
Maaf jika ada salah kata 🙂
Sekian 🙂
Semoga Bermanfaat 🙂
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh 🙂

Ingin menikah namun persiapan belum matang? Maka kamu wajib order dan baca buku ini !!